DEMA-U Sorot PBAK UINAM, Dilarang Masuk, Sekjen Sebut Upaya Sistematis Bungkam Mahasiswa

DEMA-U Sorot PBAK UINAM, Dilarang Masuk, Sekjen Sebut Upaya Sistematis Bungkam Mahasiswa

MAKASSAR, GOWAMEDIA.COM – Pengenalan Budaya Akademik dan Kemahasiswaan (PBAK) UIN Alauddin Makassar tahun ini menuai sorotan tajam. Agenda yang seharusnya menjadi ruang ekspresi pertama bagi mahasiswa baru, justru dinilai berubah menjadi arena penjinakan.

Sorotan itu datang dari Dewan Mahasiswa Universitas (DEMA-U), lembaga eksekutif mahasiswa tertinggi di kampus tersebut. Sekretaris Jenderal DEMA-U Muhammad Mahadir mengungkapkan, pihaknya secara sadar dilarang hadir dalam forum PBAK, padahal organisasi mahasiswa lain seperti Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) dan Senat Mahasiswa (SEMA-U) justru diberi ruang.

“Apakah ini adil? Apakah ada dasar hukumnya? Jelas tidak ada. Sama sekali tidak ada regulasi maupun argumentasi rasional yang membenarkan pengecualian ini. Maka jelas, yang terjadi bukan sekadar kelalaian, melainkan sebuah upaya sistematis membungkam mahasiswa,” tegasnya, Jumat (29/8/2025).

Menurutnya, pelarangan terhadap DEMA-U mengandung pesan tersirat yang berbahaya bagi mahasiswa baru: menjauh dari organisasi eksekutif, tidak kritis, dan tidak bersuara. Mahadir bahkan menyebut hal tersebut sebagai bentuk kriminalisasi dan intimidasi dalam balutan kegiatan resmi kampus.

“Apakah PBAK mau dijadikan ruang cuci otak agar mahasiswa sejak awal dijauhkan dari nalar kritisnya?” ujarnya.

Kritik Nilai Religius

Selain soal diskriminasi organisasi, Sekjen DEMA-U juga menyoroti hal lain yang dianggap ironis. Pada hari pertama PBAK, mahasiswa baru dipulangkan tanpa diarahkan untuk salat Ashar, padahal waktu sudah memasuki sore hari.

“Bukankah kampus ini bernama Universitas Islam Negeri? Apa arti nama besar itu jika kewajiban ibadah justru ditinggalkan dalam acara sebesar PBAK. Padahal acaranya di dalam masjid,” katanya dengan nada kritis.

Ia menilai, dua hal ini—pembatasan terhadap DEMA-U dan pengabaian nilai religius—adalah bukti telak bahwa PBAK UIN Alauddin telah melenceng jauh dari ruh sejatinya. Alih-alih menjadi ruang pembelajaran demokrasi dan religiusitas, PBAK justru berubah menjadi panggung penjinakan.

“Sebagai Sekretaris Jenderal DEMA U, saya katakan tegas: tidak ada dasar, tidak ada legitimasi, tidak ada alasan apa pun yang bisa membenarkan pelarangan DEMA-U masuk di PBAK. Ini bukan sekadar diskriminasi, tetapi pelecehan terhadap demokrasi kampus,” tegasnya lagi.

Seruan Perlawanan

Di akhir pernyataannya, ia menyerukan agar mahasiswa tidak tinggal diam menghadapi kondisi ini.

“Kampus bukanlah ruang untuk ditundukkan, melainkan ruang untuk melawan segala bentuk pembungkaman. Hidup Mahasiswa! Hidup Perjuangan! Tolak Penjinakan!” pungkasnya lantang.(*)