Dr Aswar Hasan, Mantan Komisioner KPI Pusat, Tutup Usia

MAKASSAR, GOWAMEDIA.COM - Sulawesi Selatan kehilangan salah satu tokoh penyiaran, akademisi, kolumnis, dan pejuang dakwah Islam terbaiknya. Dr Aswar Hasan, mantan anggota Komisioner Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) Pusat, wafat pada Rabu malam, 13 Agustus 2025, pukul 20.21 Wita, di RS Prima, Makassar, Sulawesi Selatan.
Kabar duka ini cepat menyebar, terutama di group-group percakapan WA dan meninggalkan rasa kehilangan mendalam bagi keluarga, sahabat, kolega, serta masyarakat yang mengenalnya.
Pria kelahiran Palopo tahun 1963 itu merupakan sosok yang dikenal luas karena keteguhan prinsip dan konsistensinya dalam memperjuangkan tegaknya syariat Islam, khususnya di Sulawesi Selatan.
Semasa hidupnya, almarhum adalah dosen tetap di Universitas Hasanuddin. Kiprah intelektualnya berpadu dengan komitmen dakwah, menjadikannya figur yang dihormati baik di lingkungan akademis maupun di tengah masyarakat. Di luar kampus, ia aktif sebagai pengurus wilayah Korps Alumni HMI (KAHMI) Sulsel, memanfaatkan berbagai forum untuk menguatkan pemahaman keislaman dan kesadaran sosial.
Sebelum bertugas di KPI Pusat, Dr Aswar Hasan telah melalui perjalanan panjang di dunia informasi dan penyiaran. Ia pernah menjabat sebagai Ketua Komisi Penyiaran Indonesia Daerah (KPID) Sulsel, lalu memimpin Komisi Informasi Publik Sulsel.
Pengalaman tersebut menjadi modal berharga ketika ia dipercaya menjadi Komisioner KPI Pusat, di mana ia mengawal kebijakan penyiaran dengan perspektif publik yang kuat.
Salah satu kiprah yang masih dikenang adalah keterlibatannya dalam dialog Ramadhan di Hotel Whiz Prime, Jalan Jenderal Sudirman, Makassar, yang diselenggarakan oleh Persaudaraan Muslimin Indonesia (Parmusi) Sulsel.
Saat itu, meski terhubung melalui Zoom, almarhum menyampaikan pemikiran yang tajam terkait fenomena Islamofobia. Pandangannya tidak hanya akademis, tetapi juga menunjukkan keberpihakan yang jelas dan terukur terhadap perjuangan umat Islam.
Dr Aswar Hasan dikenal sebagai pribadi yang concrete—tegas, jelas, dan berpegang pada prinsip—dalam menjalankan dakwah Islam. Ia tidak hanya berjuang lewat organisasi yang digelutinya, tetapi juga melalui tulisan-tulisannya yang menyuarakan keadilan, kebenaran, dan pembelaan terhadap umat. Goresan penanya kerap menjadi rujukan, sekaligus penyemangat bagi generasi muda yang ingin terjun di medan dakwah dan advokasi publik.
Kepergiannya menjadi kehilangan besar, bukan hanya bagi dunia akademik dan penyiaran, tetapi juga bagi jaringan aktivis dan masyarakat yang pernah bersentuhan dengan perjuangannya. Sosoknya akan selalu dikenang sebagai teladan keteguhan dan pengabdian.
Selamat jalan menuju Sang Pencipta, Dr Aswar Hasan. Semoga amal kebaikan yang telah beliau semai di dunia menjadi bekal terbaik di akhirat, dan semoga keluarga yang ditinggalkan diberi ketabahan. (*)