Berkah Ramadan Di TPI Paotere: "Pembeli Sesak, Kendaraan Padat, Untung Berlipat"

Berkah Ramadan di TPI Paotere:

LELONG. Kolase suasana TPI Paotere jelang Ramadan. Abdul Samad (kanan).


PAOTERE, GOWAMEDIA.COM - TAK seperti biasa, Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Paotere, Makassar, dipadati pengunjung.

Pagi itu, Kamis 27 Februari 2025, waktu baru menunjukkan pukul 07:05 Wita, namun suasana TPI begitu sesak.

Intensitas pengunjung membeludak lantaran satu hari jelang bulan suci Ramadhan, gelombang pengunjung memadati TPI buat keperluan pasokan ikan selama Ramadhan. 

Arus lalu-lintas keluar masuk Paotere tak terkendali. Sebuah mobil hitam berusaha menerobos masuk di jalan sempit. Di sisi kanan dan kiri, telah padat parkiran motor, bentor,  bercampur dengan penjual di sisi kanan. Pagandeng pun tak mau ikut ketinggalan dengan keranjang ikannya, menerobos disela kemacetan. 

"Tidak bisa mobil parkir di dalam, Pak. Kalau pakai mobil, di luarki parkir," teriak salah seorang pengunjung. 

Namun, mobil hitam tetap melaju pelan sambil diarahkan petugas. Sampai di jalan masuk kantor TPI, mobil tersebut tidak diperkenankan parkir di halaman kantor, meski masih banyak lahan parkir kosong. Mobil tersebut hanya diperintahkan masuk pekarangan kantor lalu diminta mutar balik. 

Salah seorang penumpang mobil, memilih turun daripada harus jalan kaki keluar-masuk, duh, melelahkan. 

Dia memilih duduk dekat penjual bakso yang menyediakan tempat duduk panjang terbuat dari kayu. Dua laki-laki sedang asyik makan, sementara seorang perempuan sementara pesan. 

"Sudah belanja, Bu? Apa ikan murah? tanya Rina kepada Ibu yang tidak diketahui namanya itu. 

"Ini, saya beli ikan lima puluh ribu dan udang," sambil memperlihatkan belanjaannya. 

"Kalau udang, berapa per kilo?"

"Enam puluh ribu," jawabnya. 

Asyik bertanya soal harga ikan jelang Ramadhan, salah seorang laki-laki yang sedang makan bakso ikut nimbrung. 

"Hari ini, ikan masih murah, Bu. Tapi kalau besok, maksud saya hari Jumat, harganya sudah naik. Besok pasti lebih banyak lagi pengunjung," kata laki-laki yang bernama Abdul Samad. 

*

Abdul Samad bercerita, dirinya telah bekerja sebagai penjual ikan di TPI Paotere sejak 1992. Dia diajak oleh pamannya.

"Begitu saya tamat di SMA Muhammadiyah Bontoala, om (paman) meminta kepada saya agar dibantu jualan ikan. Saya mau saja menerima tawaran itu." 

Padahal cita-cita awalnya ingin menjadi guru. Abdul Samad termasuk siswa cerdas. Dia selalu mendapat peringkat satu. Karena kecerdasannya itulah, ada yang menawarkan dirinya untuk bekerja di Pemkot, tapi harus bayar. 

"Yah, apa boleh buat, cita-cita saya tidak kesampaian. Tapi, saya bersyukur bekerja di pelelangan ikan sejak tahun 1992, berkahnya juga banyak. Termasuk salah seorang anak saya telah menjadi guru," kata Abdul Samad sambil tersenyum. 

Abdul Samad menyambut gembira atas padatnya pembeli ikan. Karena keuntungan yang diperoleh bisa berlipat-lipat. "Yah, inilah berkah Ramadan," kata ayah dari lima orang anak ini. 

Keuntungan yang diperoleh variatif. Mulai dari Rp100.000 hingga Rp500-000 per hari. 

"Kalau dapat seratus ribu sehari keuntungan penjualan, sudah lumayan," katanya. 

Tanggal 1 Maret yang bertepatan dengan 1 Ramadan, para nelayan istirahat, penjual ikan pun demikian. Banyak yang istirahat. 

Mengapa istirahat? "Karena kita sebagai umat Muslim, kita juga puasa. Kita menghargai bulan Ramadan," cerita Samad.

Hari ketiga Ramadan, penjual ikan tetap ada, tapi jenis ikan kurang, nelayan pun istirahat pada 10 Ramadhan. Nah, pada 10 Ramadhan, harga ikan akan melonjak naik dikarenakan sudah masuk terang bulan. 

"Kalau terang bulan, ikan mahal, Bu. Nelayan juga tidak melaut. Makanya jenis ikan tidak banyak dan harga terbilang tinggi," terangnya. 

Jadi, tanggal berapa Ramadan nelayan turun ke laut lagi? Abdul Samad menjelaskan, mulai tanggal 18 Ramadan, nelayan akan melaut lagi sampai mau masuk jelang Lebaran Idul Fitri. 

Abdul Samad serius bercerita sampai baksonya habis semangkuk. Sementara Rina teman ceritanya itu sedang menjalankan puasa sunah. 

*

Selesai cerita Samad, Rina baru masuk ke pelelangan. Tampak penjual ikan melebar hingga ke area parkir kendaraan. 

Lebih ke dalam lagi, suasana begitu padat. Untuk melangkah saja  susahnya minta ampun. 

Ikan Katombo satu keranjang dibanderol Rp450.000. 

"Bisa ditawar, Bu. Bisa juga ambil setengah, kalau mauki. Menawarmaki saja," kata penjual. 

Ikan Sinrilik kecil, dibanderol Rp80.000 setengah keranjang plastik besar. Terbilang murah, tapi kerjanya merepotkan. 

Ikan Mairo rata-rata dijual dengan harga Rp45.000- Rp50.000 satu keranjang bakul kecil. 

Ada juga ikan Katombo harganya dibanting menjadi Rp20.000 sampai Rp30.000 satu keranjang bakul kecil. Tapi, kualitas ikan tidak begitu segar. 

Di sisi lain, ada anak-anak laki-laki menawarkan untuk membersihkan ikan. Untuk ikan besar, dipotong-potong sesuai selera, tarifnya Rp15.000 per ekor. Sedangkan ikan yang harus dibersihkan isi perut dan sisiknya, tarifnya hampir sama dengan satu keranjang ikan bakul kecil. 

Duh, tidak jadi deh, mending Rina kerjakan di rumah.**