Libatkan Eks Napiter, FGD Serdik Sepimti Polri Bahas Strategi Deradikalisasi Di Makassar

Libatkan Eks Napiter, FGD Serdik Sepimti Polri Bahas Strategi Deradikalisasi di Makassar

MAKASSAR, GOWAMEDIA.COM – Sebuah diskusi yang tak biasa digelar di jantung Kota Makassar. Yayasan Rumah Moderasi menjadi tuan rumah Focus Group Discussion (FGD) yang diinisiasi oleh Serdik Sekolah Staf dan Pimpinan Tinggi (Sepimti) Polri Dikreg ke-34. 

Kegiatan ini mengangkat tema strategis: “Strategi Penguatan Deradikalisasi Eks Napiter Guna Mengantisipasi Potensi Terorisme Dalam Rangka Terpeliharanya Keamanan Dalam Negeri.”

Bertempat di Jalan Pierre Tendean, FGD ini mempertemukan unsur pemerintah, tokoh agama, organisasi masyarakat, hingga eks narapidana terorisme (napiter), yang difasilitasi Satgaswil Anti Teror Mabes Polri Wilayah Sulsel.

Kombes Pol. Agung N. Masloman, S.Ik., MH, Kasatgaswil Sulsel Anti Teror Mabes Polri, menyampaikan apresiasi mendalam terhadap peran Yayasan Rumah Moderasi yang dinilai menjadi garda terdepan dalam program deradikalisasi di wilayah tersebut.

“Rumah Moderasi punya kontribusi strategis dalam mencegah potensi ancaman terhadap kebhinekaan dan kerukunan beragama. Ini adalah fondasi penting dalam menjaga keutuhan bangsa,” ujar Kombes Agung.

Sementara itu, Usman Sofyan dari Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Makassar, menilai FGD ini sebagai langkah maju dalam upaya kolaboratif pencegahan radikalisme.

“Kegiatan ini menghadirkan langsung subjek dan objek utama—eks napiter, tokoh agama, dan masyarakat lintas iman. Ini menjadi komitmen nyata untuk memperkuat toleransi,” jelasnya.

Usman juga menyebut bahwa FGD menghasilkan sejumlah rumusan dan kesepakatan yang akan ditindaklanjuti dalam program-program keberagaman dan moderasi beragama di Sulawesi Selatan. FKUB sendiri telah lama bekerja sama dengan Yayasan Rumah Moderasi dalam berbagai program dialog antarumat.

“Eks napiter yang kini aktif di masyarakat menjadi bukti nyata bahwa perubahan itu mungkin. Mereka menyadari keterlibatan di masa lalu adalah kesalahan besar, dan kini berperan aktif dalam menyebarkan nilai-nilai perdamaian,” tambahnya.

Di akhir sesi, Usman juga menanggapi isu seputar indeks kota toleran yang dirilis Setara Institute, yang kerap disalahartikan.

“Makassar masuk dalam 10 kota dengan indeks toleransi rendah, bukan berarti kota ini intoleran. Ini harus diluruskan agar tak menimbulkan stigma keliru di mata publik,” tegasnya.

FGD ini tak hanya menjadi ruang dialog, tetapi juga wadah konkret untuk membangun jembatan rekonsiliasi dan menciptakan ekosistem sosial yang damai dan inklusif. (*)