Renungan Ramadan: Makanan Memengaruhi Ibadah Kita

Renungan Ramadan:
Makanan Memengaruhi Ibadah Kita

Jemaah subuh Masjid Agung Syekh Yusuf sedang menyimak ceramah.


MASJID AGUNG, GOWAMEDIA.COM - Ceramah Subuh hari ini, 19 Ramadan 1446 H, bertepatan Rabu, 19 Maret 2025 di Masjid Agung Syekh Yusuf, Kabupaten Gowa membahas tentang pengaruh  makanan yang kita makan terhadap ibadah kita sehari-hari.

Kita harus merenungkan kembali, apakah makanan yang kita makan sudah halal dan tayyib, atau sebaliknya?

Segala puji bagi Allah SWT yang telah menciptakan kehidupan dan menetapkan aturan terbaik bagi umat-Nya. Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada junjungan kita, Nabi Muhammad SAW, beserta keluarga, sahabat, dan seluruh pengikutnya hingga akhir zaman.

Saudara-saudaraku yang dirahmati Allah, pada kesempatan ceramah subuh ini, marilah kita renungkan pentingnya makanan yang kita konsumsi. Dalam Islam, makanan bukan hanya sekadar kebutuhan fisik, tetapi juga memiliki dampak besar pada ibadah dan kehidupan spiritual kita. 

Allah SWT telah memberikan pedoman jelas mengenai makanan, sebagaimana firman-Nya dalam Surah Al-Baqarah ayat 168:

"Wahai manusia! Makanlah dari (makanan) yang halal dan baik (tayyib) yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah setan. Sungguh, setan itu musuh yang nyata bagimu."

Dari ayat ini, ada dua syarat utama yang harus kita penuhi dalam memilih makanan: halal dan tayyib.

1. Halal: Sesuai dengan Hukum dan Syariat

Halal berarti sesuatu yang diperbolehkan oleh Allah dan tidak melanggar aturan syariat. Makanan yang haram, baik dari segi zatnya seperti daging babi dan khamr, maupun dari segi cara mendapatkannya seperti hasil korupsi atau mencuri, tidak boleh dikonsumsi. Rasulullah SAW bersabda:

"Sesungguhnya Allah itu baik dan tidak menerima kecuali yang baik. Dan sesungguhnya Allah telah memerintahkan kepada orang-orang mukmin sebagaimana Dia memerintahkan kepada para rasul. Allah berfirman: ‘Wahai para rasul, makanlah dari makanan yang baik dan kerjakanlah amal saleh’ (QS. Al-Mu’minun: 51)." (HR. Muslim).

Hadis ini menegaskan bahwa makanan yang baik adalah yang halal dan diperoleh dengan cara yang benar.

2. Tayyib: Baik dan Bermanfaat bagi Tubuh

Selain halal, makanan juga harus tayyib, yang berarti bersih, sehat, dan tidak membahayakan tubuh. Allah tidak hanya melihat status halal dari makanan, tetapi juga dampaknya pada tubuh dan jiwa kita. 

Makanan yang tidak sehat atau berlebihan juga bisa menjadi jalan bagi setan untuk menjerumuskan kita dalam hawa nafsu, yakni hawa nafsu perut dan di bawah perut. Ini menunjukkan bahwa keinginan makan secara berlebihan tanpa memperhatikan kualitasnya adalah sifat yang bisa membawa pada keburukan.

Salah satu dampak utama dari makanan yang kita konsumsi adalah pada ibadah kita, terutama doa. Dalam sebuah hadis disebutkan bahwa seseorang yang dalam perutnya terdapat makanan haram, maka doanya tidak akan diterima selama 40 hari. 

Dalam sebuah riwayat, seorang sahabat meminta Nabi SAW untuk mendoakannya agar doanya diterima. Rasulullah SAW bersabda:

"Perbaikilah makananmu, niscaya doamu akan dikabulkan."

Ini menunjukkan bahwa kebersihan makanan sangat mempengaruhi hubungan kita dengan Allah. Jika dalam perut kita terdapat makanan haram, hati kita akan menjadi kotor dan sulit menerima hidayah.

Ada kisah menarik tentang seorang ulama di Madinah yang tanpa sengaja memakan sebutir kurma tanpa izin pemiliknya. Setelah menyadari hal itu, ia merasa bahwa doanya tidak lagi dikabulkan. Maka, ia kembali ke Madinah untuk mencari pemilik kurma tersebut. Namun, penjual kurma itu sudah meninggal. Ia pun menemui anak-anaknya untuk meminta halal, dan mereka sepakat menghalalkan makanan tersebut. Setelah semua anaknya setuju, barulah sang ulama merasakan hatinya kembali bersih dan doanya diterima.

Kisah ini mengajarkan kepada kita betapa pentingnya memastikan bahwa makanan yang kita konsumsi benar-benar halal. Bahkan, sesuatu yang tampak sepele seperti mencicipi buah di pasar tanpa izin atau mengambil daun pisang milik orang lain tanpa meminta izin tetaplah termasuk perbuatan dosa.

Saudara-saudaraku, semakin bersih makanan yang kita konsumsi, semakin bersih pula hati kita. Sebaliknya, semakin banyak unsur haram yang masuk dalam tubuh, semakin keras dan gelap hati kita. Oleh karena itu, mari kita lebih berhati-hati dalam memilih makanan, tidak hanya melihat halal zatnya, tetapi juga cara memperolehnya.

Semoga kita semua diberi kemampuan untuk selalu menjaga kehalalan dan kebersihan makanan kita, sehingga doa-doa kita diterima Allah SWT. Aamiin.

Wallahu a’lam bish-shawab.