Renungan Ramadan: Siapakah Yang Sebenarnya Bangkrut?

Renungan Ramadan:
Siapakah yang Sebenarnya Bangkrut?

MASJID AGUNG, GOWAMEDIA.COM - Hikmah ceramah subuh 18 Ramadan 1446 H, Selasa, 18 Maret 2025 di Masjid Agung Syekh Yusuf, Gowa ini, patut menjadi renungan kita.

Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan Imam Muslim, Rasulullah SAW bertanya kepada para sahabat, “Tahukah kalian siapa orang yang bangkrut itu?” Para sahabat menjawab, “Orang yang bangkrut di antara kami adalah orang yang tidak memiliki uang dan harta.” 

Namun, Rasulullah SAW menjelaskan bahwa di hari kiamat, ada orang yang datang dengan membawa pahala shalat, puasa, zakat, dan haji, tetapi pada saat yang sama, ia juga membawa dosa karena telah mencela, menzalimi, memfitnah, dan mengambil hak orang lain.

 Akibatnya, pahala kebaikannya diberikan kepada orang-orang yang pernah ia zalimi. Jika pahala itu habis sebelum semua dosanya ditebus, maka dosa orang-orang yang disakitinya akan dibebankan kepadanya. Inilah yang menjadikan timbangan amalnya berat dengan dosa, hingga akhirnya ia benar-benar menjadi orang yang rugi dan bangkrut di akhirat.

Hadits ini memberikan pelajaran mendalam bahwa ibadah ritual seperti salat, puasa, dan zakat tidak cukup jika tidak diiringi dengan akhlak yang baik kepada sesama manusia.

 Islam tidak hanya menekankan hubungan dengan Allah (hablum minallah) tetapi juga hubungan dengan sesama manusia (hablum minannas). Ramadan bukan hanya bulan untuk memperbanyak ibadah individual, tetapi juga momentum untuk memperbaiki hubungan sosial.

Dalam Al-Qur'an, Allah SWT berfirman:

"Dan ucapkanlah kata-kata yang baik kepada manusia." (QS. Al-Baqarah: 83)

Ayat ini menegaskan pentingnya menjaga lisan dan perilaku agar tidak menyakiti orang lain. Sebab, keburukan yang keluar dari lisan atau perbuatan kita dapat menghapus pahala ibadah yang kita kumpulkan dengan susah payah.

Ramadan juga merupakan waktu terbaik untuk memperbaiki diri, bukan hanya dengan meningkatkan ibadah seperti qiyamul lail, puasa, dan sedekah, tetapi juga dengan memperbaiki hubungan dengan orang lain. Rasulullah SAW bersabda:

“Barang siapa yang tidak meninggalkan perkataan dusta dan perbuatan buruk, maka Allah tidak membutuhkan puasanya.” (HR. Bukhari)

Hadits ini menegaskan bahwa hakikat puasa bukan sekadar menahan lapar dan dahaga, tetapi juga mengendalikan diri dari menyakiti orang lain, baik melalui perkataan maupun perbuatan.

Di bulan Ramadan, Rasulullah SAW juga mengingatkan bahwa orang yang berpuasa memiliki dua kebahagiaan: kebahagiaan saat berbuka dan kebahagiaan ketika bertemu dengan Tuhannya kelak. 

Kebahagiaan yang kedua ini hanya akan diraih oleh mereka yang puasanya diterima oleh Allah SWT, yakni mereka yang tidak hanya beribadah secara ritual, tetapi juga menjaga hati, lisan, dan perbuatan agar tidak merugikan orang lain.

Maka, mari kita manfaatkan bulan yang penuh berkah ini untuk tidak hanya mendekatkan diri kepada Allah dengan ibadah, tetapi juga memperbaiki hubungan dengan sesama. Jangan sampai kita menjadi orang yang bangkrut di akhirat kelak, karena semua pahala kita habis untuk membayar kezaliman yang kita lakukan terhadap orang lain. 

Semoga Ramadan ini menjadi sarana bagi kita untuk menjadi pribadi yang lebih baik, baik dalam ibadah maupun dalam akhlak. Aamiin. (*)